Jayapura - Kepala Staf Kodim Jayapura Letkol Arm Mustafa Lara, S.T., M.IP., mewakili Dandim 1701/Jayapura Kolonel Inf Hendry Widodo, mengikuti diskusi publik dalam rangka menanggapi isu yang berkembang di masyarakat mengenai perang antara Israel dan Hamas, walaupun kejadiannya jauh dari negara Indonesia, namun dampaknya sangat terasa di Papua, khususnya di Kota Jayapura.
Kegiatan diskusi publik dengan tema "Merajut Tali Kasih Untuk Kebhinekaan" dikoordinir oleh Ketua Asosiasi Pendeta Indonesia Cabang Kota Jayapura/API Pdt Jeremias Rahakbauw, serta di ikuti 45 orang. Acara diskusi berlangsung di Hotel Horison Ultima Entrop, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura. Kamis (7/12/2023).
Tampak hadir pada acara diskusi antara lain, Ketua PD XXIV GM FKPPI Papua/Tenaga Ahli Rehabilitasi Kemensos RI Dr. Drs. Benhur Tomi Mano, M.M., Kabag Ren Polresta Jayapura Kota Kompol Marthen Luther Rona, M.M., Ketua LMA Port Numbay George Awi, Ketua FKUB Kota Jayapura Pdt Hein Carlos Mano, S.Th, M.Si., Tokoh Muslim Ustad Syaiful Islam Al Payage, Kepala Bappeda Kota Jayapura Dr. Rory C. Huwae, M.M., dan sejumlah anggota Asosiasi Pendeta Indonesia Cabang Kota Jayapura/API.
Pembukaan diskusi publik ini ditandai dengan menabuh tifa oleh Kepala Bappeda Kota Jayapura Dr. Rory C. Huwae, M.M.
Dalam sambutannya Pj. Walikota Jayapura dalam hal ini diwakili oleh Kepala Bappeda Kota Jayapura menuturkan dalam kesempatan ini marilah kita bersama sama berdiskusi membicarakan terkait persoalan yang terjadi di kota ini.
"Saya sebagai perwakilan Pemerintah Kota Jayapura memiliki tanggung jawab untuk ikut menjaga kenyamanan warga masyarakat di negeri matahari terbit ini. Dan saya juga bangga melihat partisipasi masyarakat Kota Jayapura, " ucapnya.
Baca juga:
Tony Rosyid: Demokrat, Berhentilah Meratap
|
Menurutnya perang antara Israel dan Hamas adalah salah satu isu yang dapat menguji mental dan emosi. Oleh karena itu Pj. Walikota Jayapura mengajak masyarakat untuk bersama-sama merajut tali kasih yang kokoh di Kota Jayapura.
"Wajib kita hindari sikap generalisasi terhadap kelompok atau individu tertentu dan kita harus dapat mencegah penyebaran isu negatif. Untuk itu marilah kita saling mendukung pekerjaan yang berbeda dan kita dapat membangun kebijakan-kebijakan ini demi kedamaian di Tanah Papua, " tegasnya.
Pada kesempatan ini juga Kepala Staf Kodim 1701/Jayapura, menyampaikan bahwa organisasi yang beranggotakan para pendeta dari berbagai gereja akan bisa menjadi jembatan komunikasi antar umat kristiani. Sehingga dapat menumbuhkan rasa persatuan di antara mereka.
"Karena bagaimanapun juga mereka butuh panutan dan tuntunan seperti yang ada dalam Alkitab. Tentunya ayat dalam kitab suci bisa ditafsirkan dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang yang diambil, bisa karena menyesuaikan dengan situasi dan kondisi para jemaatnya, " imbuhnya.
"Perbedaan yang ada, lanjut Kepala Staf, tetap harus kembali ke kitab suci karena itu tidak boleh dirusak. Kitab suci menjadi payung besar untuk menyatukan. Pendeta yang tergabung dalam organisasi API, punya peran sebagai jembatan komunikasi dengan para jemaatnya. Bagaimana pun, setiap manusia memiliki sudut pandang masing-masing dan keinginannya juga beda-beda. Tidak mungkin manusia itu satu keinginannya, " terangnya.
"Keberagaman suku yang ada di Indonesia harus dimaknai sebagai kekayaan bangsa yang harus dijaga bersama-sama. Sesungguhnya keberagaman ini adalah kelebihan bagi Indonesia.
Keberagaman dapat menjadi sumber kekuatan bagi bangsa apabila dikelola dan dijaga bersama-sama, " tutup Letkol Mustafa. (Redaksi Papua).